Kamis, 16 Juni 2011

Ketika Mimpi Tergantikan

Setengah dari malam ia terbangun.... ia langsung menuju kamar mandi dan membersihkan diri serta mengambil air wudlu. Setelah itu ia beranjak ke mushola keci di rumahnya. Ia melakukan sholat tahajud dan sholat hajad. Padahal hal ini tak biasa dilakukannya, tapi mungkin karena ia sedang merasa butuh pertolongan Allah, maka ia melakukan hal itu...

Selesai melakukan sholat itu, ia baca kalimah-kalimah thoyibah dan Al-fatihah... ia memohon agar semuanya terselesaikan dengan baik dan lancar. Hingga ia terkantuk-kantuk memohon itu semua.

Keesokan harinya doanya telah dihijabah oleh Allah SWT. Ia mampu menyelesaikan tugasnya dengan lancar dan baik. Karena saking senengnya ia terus saja tertawa terbahak-bahak. Padahal tadi pagi ia mendengar suatu pengajian yang di sana dikatakan bahwa tandanya tertawa yang terbahak-bahak di dunia itu adalah neraka. Maksudnya ia terlalu bergembira dengan hasil yang telah ia capai tanpa ingat dengan Sang pemberi keberhasilan itu.

Sesampai di rumah ia mendengar kabar bahwa ia harus menggantikan tanggungjawab seorang ketua di suatu lembaga. Padahal selama ini ia mempunyai impian setelah menyelesaikan tugasnya ia akan berangkat ke Negeri orang untuk melanjutkan studynya.

Tapi karena berita peralihan tanggungjawab itu, ia menjadi terdiam.

Ia tak dapat berkata apapun jua.

Ia tak bisa menjaga hatinya lagi. tanpa terasa air mata itu jatuh, hingga pipi dan dagunya basah...

Ia bingung harus bagaimana... apa yang harus dilakukannya?? menerima limpahan tanggung jawab itu... atau menolak dan memilih pergi mengejar impiannya yang lalu?"

Beribu pikiran melintas di benaknya, namun tak satupun ditemukan jawaban yang memuaskan hatinya. Ia hanya bisa menangis dan menangis. Hingga akhirnya datang seorang lelaki yang tua renta, dan berkata, " Buat apa menangisi hal yang belum pasti Ngger..."

Seketika itu juga, air matanya berhenti, seolah-olah sumber air mata itu telah kering... Ia mengangkat dagunya dan melihat laki-laki tua itu. dan ia berkata," Apakah salah jika aku menangisi masa depanku?"

laki-laki tua itu menjawab, "endak Nak, asalkan itu masa depan yang pasti, yaitu mati."

Mendengar kata-kata laki-laki tua itu, ia hanya bisa diam. Lalu bertanya lagi, "Jadi apakah aku tidak boleh menangisi masa depanku, selain mati?"

Laki-laki itu menjawab, "iya,... karena mati adalah sesuatu yang sudah pasti dan itu adalah akhir dari perjalanan kita di dunia. Jika kita sudah mati maka tertutuplah segala bentuk amal ibadah kita. Jadi janganlah kau menangisi hal selain mati, manfaatkan hidupmu untuk hal yang berguna, bukan untuk menangis, karena menagis tak akan menyelesaikan masalah!"

"Hai minggir-minggir.....beri jalan, beri jalan. Ada yang pinsan nie."

"Nak...nak...kamu tak apa-apa Nak? ayo sadar Nak,,"

"Aduh kenapa kepalaku kok pusing sekali ya...? Rasanya mata ini susah sekali dibuka. Rasanya ingin menutup untuk selamanya.... namun kenapa suara berisik ini mengganggu sekali!!" Ugh..... jadi pingin buka mata deh!" Alhamdulillah sudah siuman,,,,

"Owalah.. aku tadi jatuh to... pantesan kepala berat banget..."

Setelah kejadian itu, ia diantarkan pulang ke rumahnya. Ia ingat akan kata-kata laki-laki tua itu... dan ia tidak lagi menangisi impiannya.

Ia hanya merasa aneh dengan pertemuannya dengan laki-laki tua itu. Ia merenung sebentar dan di dalam hatinya ia berkata, "mungkin emang inilah jalan hidupku, dan pertemuanku dengan laki-laki tua itu adalah pertolongan Allah SWT. Jadi udah sepatutnya berubah! Aku akan mencoba menerima semua ini dengan tangan terbuka dan berlapang dada."

Tiba-tiba ia berteriak "So..........aku memilih untuk menggantikan impian itu dengan impian yang baru lagi....yaitu Menjadi orang yang berguna untuk orang lain dengan menjadi seorang pemimpin lembaga. Hehehe_"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar