Kamis, 16 Juni 2011

Tawaran Itu Membukakan Pintu Hidayahku..

Kehidupan yang penuh dengan keindahan, kenikmatan, dan kemewahan telah menjadikannya anak yang manja dan selalu mendapatkan yang ia mau. Ditambah lagi dia adalah anak semata wayang. Dia juga seorang anak yang cantik dan punya kemampuan berpikir yang baik pula. Di sekolah pun ia termasuk anak berprestasi. Jadi sering kali orang itu memandangnya sebagai anak yang beruntung. Sudah anaknya orang kaya, cantik, pinter, sopan,anak tunggal lagi!  


Hari-harinya selalu dilaluinya dengan kepastian dan kenyamanan, sepertinya tak pernah ada cacat yang ia temukan dalam kehidupan. Hingga suatu ketika ia diajak temannya berkunjung ke pondok pessantren milik saudaranya. Ketika ia menginjakkan kakinya di gerbang pondok pesantren itu, ia merasakan ada suatu tarikan dalam dirinya, ia merasakan ketenangan, dan sepertinya ada sesuatu yang kurang dalam hidupnya, padahal selama ini ia merasa kehidupannya sudah lengkap! Dengan rasa yang bergolak di jiwanya ia terus melangkah mengikuti temannya. Walau ia merasa asing, tapi ia senang dengan keadaan ini. Ia melihat banyak yang orang berkumpul dan melantunkan ayat-ayat suci al-Quran, mendengar lantunan ayat-ayat suci al-Quran, tiba-iba hatinya bergetar, air matanya menetes dan langkah kakinya terhenti.

"Wish, Wisha....ada apa?' tanya Syafida (teman Wisha)

"ah. tak apa... masih jauh kah Fid?" jawab Wisha sambil menghela nafas

"kok' kamu nangis, ada apa Wish? tanya Syafida dengan cemasnya

" ah,gak papa cuma klilipan aja ko'....

Lalu mereka melanjutkan perjalannya menuju ke pondok itu. Syafida berjalan menuju sebuah lorong yang redup karena tak terjangkau sinar matahari. "ayo Wish, entar kamu ilang lo.." iya-iya Fid." Jawab Wisha sambil lari mengejar Syafida.

"duduk sini Wish, aku tak ke dalam dulu.."
"iya,"

Tak berapa lama kemudian, Syafida datang bersama dengan seorang ibu-ibu yang berumuran separuh baya. Ibu itu kelihatan sangat bersahaja, terlihat sejuk... dan sepertinya jiwanya sangat tentram..

"Kenalkan Wish, ini bibiku"
"hem.. iya, saya Wisha Bi, temannya Syafida di sekolah"Respon Wisha sembari menjulurkan tangannya.

Bibi itu hanya diam seraya mengembangkan senyum di bibirnya. Bibi itu terus melihat Wisha, tatapan matanya sepertinya mengatakan sesuatu. Bibi itu terus diam, dan hanya memperhatikan segala tingkah Wisha.... Melihat hal itu, Wisha merasa bingung sendiri." emangnya ada yang salah atau aneh kah dengan diriku?" gumamnya di dalam hati
"perasaan tadi aku juga pakae pakaian yang sopan, trz tadi aku juga udah mandi. Aduh... tatapan matanya rek... gak nguatin," pikir Wisha. tiba-tiba bibi itu bertanya

"Wisha sudah punya calon suami"

Ooalah....ternyata naksir tah critanya. Eh, emg low naksir, bibi ini gak waras apa. Hust!!


"belum Bi... emg ada apa Bi?" jawabnya dengan penuh keheranan

"kamu mau tak jodohin dengan anak saya?" tanya bibi dengan datar

"ah, Bibi ini ada-ada saja... kenal saya juga baru bentar, hehehe" jawab Wisha dengan entengnya

"Grubyak!!! tiba-tiba suara terdengar dari balik tirai. Tenyata suara Syafida menabrak kursi kerena matanya terhalang gelas-gelas yang dibwanya, untung gelas itu tak jatuh sekalian!!

"ayo di minum Wish.."
"iya, terima kasih"
 Tiba-tiba suasana kembali hening,bibi itu diam. Wisha pun diam. dan Syafida pun juga diam.

"kok jadi diem.dieman gini sie,,,,?" kata Syafida memcahkan keheningan itu.

"iya, lah aku kan bingung mau ngomong apa? apalagi keinget pertanyaan Bibi tadi, hehe." sahut Wisha sambil memijat-mijat keningnya.

"emg tadi Bibi tanya apa?"
"katanya pingin jodohin anaknya dengan aku" jawab Wisha dengan geli..

"Iyo kamu mau apa ndak Nduk? sahut bibi itu...Wisha hanya bisa tersenyum,,,

"nanti kamu yang bakal nerusin pondok pesantren ini." kata bibi meneruskan ucapannya tadi,

"Ha??! hehehehe Bibi ini ada-ada aja, saya itu tidak punya modal untuk jadi Bu.Nyai Bik..ilmu agama saya sangat sedikit dan saya terlalu awam dengan dunia pesantren Bik." begitulah penjelasan Wisha

"Ya saya kan tanya, kamu mau apa tidak? saya tidak tanya kamu punya modal jadi Bu, Nyai apa enggak. Jadi kamu mau apa enggak?" tegas bibik

Wisha merasa malu dan ia menepuk pundak Syafida, matanya mengisaratkan bahwa ia minta pertimbangan dan bingung harus berkata apa. Dan seketika itu juga Syafida mengerti dengan maksud Wisha, ia mencoba mencoba mengalihkan perhatian bibiknya, "Aduh Bibik... kami harus segera pulang."

'Hem...gitu za, tolong dipikir ya Nak Wisha." tegur bibik sembari menjulurkan tangannya untuk brjabat tangan.
"iza Bik, insya Allah.."

Keesokan harinya, Syafida mengabari Wisha, bahwa Bibiknya telah meninggal dunia. Wisha sangat kaget, dan dia merasa bersalah dan punya hutang kepada bibik itu.

Akhirnya ia putuskan untuk berbicara dengan orang tuanya entang tawaran Bibik itu. Dan orang tuanya setuju, meskipun mereka harus ditinggalkan anak semata wayangnya. Karena itu adalah tugas yang mulia. Dan mungkin sudah saatnya bagi Wisha untuk tidak bergantung dengan keadaan orang tuanya.

Setelah ia lulus dari sekolah (SMA) ia putuskan untuk melanjutkan pendidikan di pondok pesantren, ia mempelajari ilmu-ilmu agama yang selama ini masih awam baginya, dan ia juga memutuskan untuk menjadi hafidhoh... karena lantaran ayat-ayat suci al-Quran itu, ia mendapat hidayah... Ia menjadi mengerti dengan agama dan ia juga telah menjadi keluarga Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar